Senin, 31 Oktober 2011

Orkes Malam

Oleh: Roby Fuzi Apriansyah
Puisi untuk Hasya Medi Levihana

Seperempat layang candra tenggelam
hitam langit legam dan tajam
Aku rindukan satu purnama
bugilnya para peri dan perawan


Jatinangor, 31 Oktober 2011h

Minggu, 30 Oktober 2011

Secangkir Puisi

Oleh: Roby Fuzi Apriansyah

1/
Sungkan mata terbuka
semasa tembakan surya menyapu mata.
Secangkir kopi dan catatan puisi
aku membuka jendela pagi

2/
Kenapa bukan Shira
dan kenapa harus secangkir puisi? terlalu matang menanak rindu
Tersepuh waktu metronom semu, menunggangi api.
Tak gentar menantang masa kerna aku lelaki
Bismillah, rerintik puisi mengantarkan alur cerita cinta atas ridhoNya.


Jatinangor, 31 Oktober 2011

Rabu, 19 Oktober 2011

Alam Menangis

Oleh; Roby Fuzi

Seperti ubur-ubur di P.Palau
Ribuan kehidupan begitu menyengat
Celcius meninggi penuh variasi
Keasaman begitu pekat
Kepunahan terasa dekat


Singaparna, 12 Januari 2007

5 Haiku Roby Fuzi (2010)

Rindu
Buat Aliem Imron



mencium mawar
rindu terkunci samar
ingat akanmu

mencium parfum
aroma bertaburan
harum sifatmu

aku terdiam
menulis riuh rindu
pada sosokmu

Jatinangor, 22 September 2010


Hukum Indon


busuk tercium

hukum di beli kontan
semua diam

Tasikmalaya, 10 November 2010




Kemerdekan = Uang!


tahanan senang
keluar masuk kandang
dimana hukum?

keluar uang
institusi pun diam
bapak pun senang

Tasikmalaya, 14 November 2010


Melancholia


sakura gugur
mengubur luka lama
hadirkan cinta

sedih tertepis
berganti komposisi
damai tercipta



Singaparna, 24 September 2010


Membakar Marah 


api berkobar
amarah hangus lebur
retakan jiwa

purnama terang
marah tersapu kasih
jiwa yang tenang

Jakarta, 23 September 2010

Perpisahan An-nisa

(Buat Restu Putri di Washington D.C)
Oleh; Roby Fuzi


Melihat paras ayu mu
Bagai sosok bidadari dalam cerminan
Meski retak tak utuh
Wajahmu slalu menyejukan hatiku


Ucapan salam, slalu kau ucap saat kita bertemu
Menebar senyum mendekap Al-qur'an
Kita berjalan beriringan di tepi jalan
Menuju kesucian rumah Tuhan
Al-hikmah, awal kita bertemu!!


Setiap pulang mengaji, kau slalu berkata
"Aku suka makna dari Surat An-nisa"
Hingga perpisahan tiba
Kalimat yang sama kau ucap persis.
Lalu kita berucap:
"Semoga kita berjumpa di Pesantren yang sama"


Roby Fuzi Apriansyah
Singaparna, Oktober 2001



(Puisi ini aku tulis akhir tahun 2001, inilah awal aku mencintai puisi dan wanita. Diambil dari kisah nyata yang tersimpan rapih di diary masa" SMP. Tapi puisi ini tak pernah sampai pada tangan nya, karena perpisahan singkat)

Percayalah

Oleh; Roby Fuzi 


Dear...!
Saat disana kau lalui hari
Disini aku mulai rasakan hadirmu
Saat disana kau rasakan bahagia
Disini aku rasakan gembiramu

Dan kebijakan atas sikap, ucap serta pikiranmu
Disini aku berdoa tulus

Percayalah...!
Setiap getar hatiku akan selalu
Menyertai langkah pijak yang kau hadapi


Tasikmalaya, 27 April 2010

Rindu

Buat; Neng Aliem Imron
Oleh: Roby Fuzi Apriansyah


Mencium mawar
Rindu terkunci samar
Ingat akanmu

Mencium parfum
Aroma bertaburan
Harum sifatmu

Aku terdiam
Menulis riuh rindu
Pada sosokmu

*Foto: kiriman dari teman lama 22 April 2009*
Jatinangor, 22 September 2010

[Haiku] Musim Hujan 

Oleh: Roby Fuzi Apriansyah

Katak berpesta
Di bawah pohon rindang
Nyanyian alam

Rumput menghampar
Hijau mengecat tanah
Sejuk dunia


Jatinangor, 23 September 2010

Aku Sadar

Oleh: Roby Fuzi Apriansyah

Aku sadar, alam tak lagi perjaka.
Hak yang seharusnya kita miliki
di jarah penguasa dengan berjuta kelicikan.
Anak bangsa bertanya: "apakah kami akan merasakan
udara segar kembali? Memandang hijaunya hutan, hidup
bersama penuh kedamaian, segala kebutuhan terpenuhi.
Ini milik kita, tapi kita tak merasakan makna MERDEKA yang nyata.

Aku sadar, alam tak lagi perjaka.
Dwipantara berubah menjadi neraka.
Janji manis permentasi busuk, terkutuklah kau penguasa!

Jatinangor, 24 Oktober 2010

[Haiku] Senja Disudut Kota

Oleh: Roby Fuzi Apriansyah


lama menghilang:
aku menjadi gila
jiwa yang hampa

kepergianmu
menggunung rindu
dalam hatiku

kini kau datang
bersama air mata
beserta cinta

Tasikmalaya, 15 Oktober 2010

Fragmen Pelita Padam

Oleh; Roby Fuzi Apriansyah
--1June'

pelita itu mulai padam
sumbu kering tak berminyak
cahaya hilang
gelap, aku sendiri
merepih...

air itu belum sampai ke muara
sampan masih terdiam di dermaga
bergoyang diam menikmati irama
musik-musik aransemen duka

jeritan hati terus bersuara
aku tetap menyanyikan  lagu cinta
semua isi hati, yang terpahat janji
yang belum selesai di tepati


Tasikmalaya, 18 November 2010

Seperti Sajak Malam

Oleh; Roby Fuzi Apriansyah
in memoriam 26 Oktober 2007

seperti sajak malam aku merindukanmu
mengubah kata-kata padam menjadi terang
angin menusuk, riuh rindu menyapu pilu

seperti sajak malam aku menantimu
menyalakan pelita sampai pagi buta
tak kenal waktu, itulah satu nyataku

rasa dan asa dalam diri masih menyala
bias-bias cahaya menebar di sekitar dermaga
labuhkan kembali perahu yang kau dayung
tepat di depanku! putarkan layar, aku disini menunggu!


Bandung, 26 Oktober 2010

Menafsirkan Rindu

Oleh: Roby Fuzi


seperti malam biasanya..​.
aku perawani harmonica dengan desahan yang bersuaraka​n detak-deta​k rindu
gundah telah menarikan pikiran pada malam seksi
ketika tembakan merkuri menampar kilaunya bintang

sudah muak aku mendengar
kata-kata 'rindu' dari mulut biduan yang sulit di tafsirkan oleh rasa
lalu...
ku teguk tuak untuk memulai percakapan
dari gelas Nietzsche yang aku pinjam semalam

jelas aku mabuk, kasih. olehmu!
yang dulu menemaniku​ berfantasi​ di ranjang reyot
akhirnya runtuh juga

kini...
mengajak Rumi mabuk di kamar mandi, disaksikan​ Gibran yang lagi onani
saraf terputus, potret gila tercetak api
para sufi mencukur jembut, komposisi sunyi.
----

Jatinangor​, 14 Agustus 2011

Puisi Buat Puti Megazania



Mezzoforte kisah kita
Oleh; Roby Fuzi Apriansyah


Ketika sunyi mengoyak-ngoyak hati
Aku merasa aliran darah terhenti dan jantung berdetak cepat
Angin malam menampar bukan karena sakit yang kini aku idap
Tapi karena cinta tak lagi menempati tiap sisi ruangnya
Kosong jiwaku kini. Hembusan nafasmu masih aku rasa
Dari rimbunan pohon, di hutan-hutan, dan di puncak gunung yang perawan
Seketika aku terbangun, lalu mencari titik suara-suara itu
Ruh menjelajah setiap sudut-sudut kota hingga memakan usia
Aku termenung, tersadar akan sayup-sayup imitasi
Meski terus bermimpi, dan terus bermimpi
Tiap kata yang tersusun rapih di hatimu
Takkan pernah kudapati dan takkan kupeluk nyatanya
Meski tak kudapati raganya:
"aku yakin, rasa takkan tertinggal dan meninggalkan"


Jatinangor, 12 Juni 2011